Cerita asal usul kota surabaya |
“Sepertinya aku sudah bosan nih berantem terus badan pada pegel, gimana kalau kita membuat perjanjian” kata Sura
“Iya aku juga bosen, ya udah perjanjian apa nih”
“Kita bagi daerah kekuasaan”
Setelah berdiskusi akhirnya mereka membagi daerah kekuasaan yaitu Sura berkuasa di dalam air yaitu lautan dan Buaya berkuasa di daratan sebagai batas antara daratan dan air yaitu tempat yang di capai air laut pada waktu pasang dan surut dan merekapun sama-sama menyetujui kesepakatan itu. Dengan adanya kesepakatan itu maka tidak ada lagi perkelahian antara sura dan baya keduanya sepakat untuk menghormati wilayah masing – masing.
Pada suatu hari karena bosan makan ikan asin Sura mencari mangsa di sungai.
“Wah ikan asin lagi ikan asin lagi samapi darah tingi aku naik nih gara-gara makan yang asin-asin melulu, ah coba aku mo cari makan di sungai aja ikanya gurih slekethep moga-moga aja buaya lagi ga ada”
Agar tidak ketahuan Buaya secara diam-diam Sura memasuki sungai yang merupaka wilayah kekuasaan Buaya. Beberapa kali Sura tidak ketahuan tetapi pada suatu hari Buaya memergokinya tentu saja buaya sangat marah melihat Sura melanggar perjajianya.
“Hai Sura, mengapa engkau melanggar perjanjian yang telah kita sepakati? mengapa kamu berani memasuki sungai yang merupakan wilayah kekuasaanku?” tanya Buaya.
Tetapi Sura tidak merasa beralah dan tenang – tenang saja.
“Aku melanggar kesepakatan? Bukankah sungai ini berair. Bukankah aku sudah bilang bahwa aku adalah penguasa air. Nah bukankah sungai ini ada airnya jadi ini juga termasuk wilayah kekuasaanku,” kata Sura
What eh salah Apaaaaa? Sungai itukan tempatnya di darat, sedang daerah kekuasaan kamu adalah di laut, berarti sungai adalah daerah kekuasaanku” Buaya sewot.
“Ora iso. Akukan tidak bilang kalau di air adalah hanya air laut, tetapi juga di sungai,” jawab Sura.
“Sontoloyo, Sleketep kau mencari gara-gara, Sura?
“Tidak! kukira alasan aku cukup kuat dan aku berada di pihak yang benar.
“Kau sengaja mengakaliku. Aku tidak sebaodao yang kamu kira!” Buaya semakin marah.
“Aku tidak berduli kamu bodoh atau pintar, yang penting air sungai dan air laut adalah kekuasaanku!” Sura tetap tak mau ngalah.
Akhirnya perkelahian antara Ikan hiu Sura dan buayapun terjadi lagi. Pertarungan ini berlangsung sangat hebat dan dasyat mereka saling menerkam dan menerjang dan dalam sekejap air disekitarnya menjadi merah oleh darah yang keluar dari luka – luka kedua binatang itu.
Dalam pertarungan itu buaya mendapat luka gigitan di pangkal ekornya sebelah kanan. Selanjutnya, ekornya itupun terpaksa selalu membelok kekiri. Sementara Sura juga tergigit ekornya hingga hampir putus lalu Sura kembali kelautan. Buaya puas telah dapat mempertahankan daerahnya.
Pertarungan antara Ikan Hiu yang bernama sura dan Buaya ini sangat berkesan di hati masyarakat Surabaya. Oleh karena itu, nama Surabaya selalu di kait- kaitkan dengan peristiwa ini. Dari peristiwa inilah kemudian dibuat lambang kota Kota Madya Surabaya yaitu gambar Ikan Hiu Sura dan Buaya.
Namun adapula yang berpendapat Surabaya berasal dari kata Sura dan Baya. Sura berarti jaya atau selamat sedang Baya berarti bahaya, jadi Surabaya berarti selamat menghadapi bahaya.